Setelah berpacaran cukup lama aku nekat menyerahkan kehormatanku
kepada LF, aku pikir dia akan bertanggung jawab dan akan menikahiku
kelak setelah kami lulus kuliah. Tapi apa lacur, hanya beberapa bulan
setelah kejadian itu, dia berubah dan mulai mengambil jarak dariku
hingga akhirnya dia minta putus cinta.
Berawal dari sebuah hari di bulan Juli 2012, pada saat itu aku berusia 19 tahun dan berstatus mahasiswi semester 4 Fakultas Kedokteran di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Teman dekatku TY memperkenalkan aku dengan seorang lelaki berinisial LF yang berusia 20 tahun yang berstatus mahasiswa Hubungan Internasional semester 4 namun di perguruan tinggi swasta yang berbeda denganku.
LF sudah memiliki usaha sendiri, yaitu memiliki rental mobil sendiri
dan EO. Sejak perkenalan dan pertemuan saat itu aku dan LF sering
berkomunikasi dan sampai akhirnya kami berstatus pacaran, 3 hari
menjalani hubungan, LF mengajak aku untuk pergi ke sebuah kota S yang
hanya berjarak 4 jam dari Jogja dimana kami menuntut ilmu untuk liburan.
Resmi Berpacaran
Setibanya di kota S (salah satu kabupaten di Jawa Timur), LF hanya
mengambil 1 kamar penginapan dengan, spontan aku sedikit kaget, tapi
setelah aku liat kamarnya lumayan besar dan ada ruang tamunya, aku fikir
tidak ada masalah karena salah satu diantara kami bisa tidur di ruang
tamu.
Tapi saat malam tiba, LF mengajak aku untuk satu ranjang tapi
berbatas. Tidak ada kecurigaan dibenakku saat itu karena orang tua kita
sudah saling mengetahui bahwa aku dan LF sudah berpacaran jadi aku
berfikir tidak akan ada kejadian yang tidak kita inginkan, tapi semakin
larut malam LF mulai berani berbuat sesuatu padaku, dia memang tidak
memasukkannya padaku, tapi dia hanya meminta aku membantunya sambil
mengajari aku oral.
LF rutin mengunjungiku ke kostan, hari ke 7 kami pacaran, LF datang
ke kostku dari siang hingga malam hari, hingga LF membuka semua
pakaianku dengan iming-iming LF dan aku bertunangan pada saat kami
berdua menjalani skripsi, aku bersedia karena janjinya yang seperti itu
dan dengan tidak rela aku sudah tak berpakaian, aku pun juga membuka
semua pakaian yang dia kenakan.
Kami saling memandang dengan tubuh yang tidak berpakaian sehelaipun.
Aku tahu ini salah tapi aku juga tidak sanggup menolak permintaan LF.
Siang itu kami hampir saja melakukannya, aku deg-degan sambil
mengingatkan dia untuk tidak memasukkannya, namun lagi-lagi dia meminta
aku untuk membantunya.
Hari ke 10 aku dan LF berstatus pacaran, aku pulang ke daerah asalku
di kota J, salah satu kota di Sumatera, dan LF pulang ke daerah asalnya
di kota B, salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Selama 1 bulan kami
menjalani hubungan pacaran jarak jauh atau LDR. Hubungan kami semakin
hari semakin mesra, sampai suatu hari LF mengirimkan aku SMS yang berisi
mengulangi permintaan mengajakku, “bertunangan disaat skripsi”, orang
tuaku tahu akan itu, karena orang tuaku membaca isi SMS yang LF kirimkan
padaku, orang tuaku hanya berkata, “silahkan, tapi kuliahnya jangan
keteteran”.
Jujur aku sangat senang sekali, ditambah sore harinya LF mengganti
display picture BBM dengan memakai foto kami berdua 2 foto yang diedit
menjadi 1 foto bersebelahan (aku memakai jas praktikum FK yang putih
pada umumnya dan LF memakai baku kemeja yang dilapisi jas kerja berwarna
hitam), rasa bahagia yang aku rasakan saat itu seakan dunia milikku.
Terjatuh
Beberapa hari sebelum aku pulang kembali ke Jogja, aku mendatangi
rumah sepupuku bernama RI yang tidak jauh dari rumahku, kebetulan
sepupuku RI juga mahasiswi di Jogja tapi berbeda perguruan tinggi
denganku, pada saat aku numpang ke toilet kamar RI sepupuku, aku
terjatuh di toilet, aku merasakan sakit sekali disekitar pinggul dan
kemaluanku.
Aku langsung memeriksa apa yang terjadi padaku, setelah aku periksa
ternyata selaput daraku sobek hingga berdarah, aku takut sekali rasanya,
takut karena tidak akan ada yang mau menikahi aku, karena sampai saat
ini yang aku tahu dan yang selalu diceritakan mamaku hanyalah
“keperawanan itu penting dan akan dipertanyakan oleh suami kelak jika
ternyata tidak sesuai harapan”.
Jujur aku takut sekali. Aku takut jika LF minta putus cinta karena
hal ini. Ingin aku periksakan ke dokter di kotaku, tapi aku ragu karena
mindset orang di daerahku masih terbilang kolot dan masih beranggapan
kalau perempuan memeriksakan diri ke dokter kandungan itu pasti sudah
melakukan sesuatu atau sedang hamil.
Pada saat itu aku menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada LF,
tapi aku berbohong pada LF tentang aku memeriksakan diri ke dokter
ditemani oleh mamaku, padahal aku tidak memeriksakannya ke dokter. Pada
saat LF mendengar ceritaku yang sebenarnya plus berbohong ke dokter, LF
percaya dan menenangkan hatiku. Aku sedikit lega mendengarnya, kemudian
LF bilang “Jika kamu mau mengambil perjakaku, aku gapapa”. Spontan aku
senang mendengar perkataannya karena aku berfikir dia bisa menerimaku
apa adanya.
4 september 2012 aku pulang ke Jogja untuk kembali ke rutinitasku
sebagai mahasiswi yang sedang menuntut ilmu, aku dijemput oleh LF di
airport Jogja, aku senang sekali bisa bertemu dan memeluk lelaki yang
aku cintai itu. Keesokan harinya, 5 september 2012 aku pergi ke sebuah
mall ternama di Jogja dengan sepupuku RI.
RI termasuk orang yang sangat ramah dan mudah akrab dengan orang yang
baru dikenal, karena keramahan RI, hari itu aku dan RI bertemu dengan
orang asing yang mengaku berkewarganegaraan Malaysia, aku dan RI tidak
melihat ada yang mencurigakan dari orang asing tersebut, yang pada
akhirnya aku dan RI terhipnotis dan kehilangan uang tunai 8 juta rupiah,
cincin berlian putih, 2 kalung yang berliontin batu dimensi asli,
handphone Blackberry dakota yang pada saat itu harganya masih 6 jutaan
keatas.
Jika ditotalkan dengan uang, mungkin kerugianku mencapai puluhan juta
rupiah. Pada saat aku tersadar, aku menangis histeris di TKP, tapi apa
dayaku, pelaku nya sudah lama meninggalkan TKP, segera aku menghubungi
LF dengan handphone nokia senterku yang tersisa padaku, dengan panik LF
segera menemuiku di TKP, aku ingin melaporkan kejadian ini kepada pihak
yang berwajib, namun mamaku dan LF melarang, dengan alasan, “Sudah sulit
menemukan orang yang bersindikat seperti itu, diambil hikmahnya saja”.
Kehormatanku Kuserahkan Padanya
2 minggu berlalu, disinilah awal mula mala petakaku dimulai, LF
selalu rutin mengunjungi aku ke kostanku yang berjarak 30 menit dari
tempat tinggalnya, aku lupa tepatnya hari apa, karena pada hari itu aku
dan LF mengulang kejadian yang sama seperti hari ketujuh pacaran, kami
tanpa sehelai pakaianpun, lagi-lagi LF memancing nafsuku, tanpa sadar
aku yang memulai dan menaiki LF sampai aku menjerit kesakitan sendiri
dan LF hanya menganga merasakan sempitnya yang ia tembus, mungkin dia
juga merasakan sakit yang sama sepertiku
Tak ada gerakan setelah itu, karena sama-sama merasakan sakit yang
membuat kurang nyaman, akhirnya aku dan LF tersadar dengan apa yang
barusan terjadi, LF pun memutuskan untuk tidak melanjutkan nafsu kami
yang menggebu-gebu dengan alasan tidak memakai pengaman (kondom) karena
takut keluar di dalam, rasanya memang tidak nyaman kalau nafsu tidak
terselesaikan, tapi itulah yang kami rasakan berdua, selaput daraku
memang tidak berdarah lagi, itu yang membuat aku benar-benar semakin
takut jika LF memandangku rendah dan minta putus cinta.
Keesokan harinya, LF datang lagi ke kostanku melampiaskan birahinya
padaku setelah memakai pengaman, aku masih merasakan sakit, tapi tidak
sesakit kemarin, aku hampir menjerit lagi namun mulutku ditutupi oleh
tangannya. Tanpa aku sadari air mataku mengalir di pipiku dan jatuh ke
bantal tempat kepalaku bertumpu, LF tidak menghiraukan air mataku yang
mengalir tapi malah semakin menjadi-jadi melepaskan birahinya hingga
terselesaikan.
Semenjak hari itu, LF setiap minggu rutin melakukannya padaku selama 4
bulan berturut-turut kecuali disaat aku menstruasi, kadang di kamar
kostanku, kadang juga di hotel. Semenjak aku terbiasa melakukan setiap
minggu berturut-turut, aku seperti kecanduan bermain dengan LF, jujur
setiap melakukan hal itu kami tidak pernah merasakan puas, entah aku
yang belum tahu caranya menikmati ataukah memang kami melakukannya atas
dasar terbiasa? entahlah.
Keluarga
Aku mulai dekat dengan orang tua LF dan abang kandung LF yang biasa
aku panggil mas DD serta pacarnya mbak RA, karena orang tua LF sangat
baik dan kelihatan welcome padaku, hingga aku juga memanggil orang tua
LF sama seperti anak-anaknya, yaitu ibu dan bapak. Setiap ibu bapak ke
kota Y, aku selalu ditelpon ibu untuk datang makan bersama dan pergi
menemani ibu berbelanja, tentunya ada RA juga, aku merasakan punya
keluarga baru disini, aku bahagia semuanya baik-baik saja, aku sangat
bahagia mengenal dan menjadi bagian dari mereka.
21 januari 2013, mas DD ke kotaku dan menginap di rumahku serta
dipinjamkan mobil oleh papaku, mas DD ke Sumatera bukan tanpa tujuan
melainkan mendapat tugas dari dosennya untuk mengambil contoh bebatuan
yang kebetulan didaerahku, ya mas DD kuliah jurusan Geologi. Pada 26
januari 2013, LF mengajak aku untuk menginap di hotel karena keesokan
paginya aku harus pulang ke rumahku di kota J karena perkuliahanku saat
itu sedang libur semesteran selama 1 minggu. Sore itu LF sangat
melampiaskan birahinya lagi padaku, dan LF sangat memanjakan aku, tidak
seperti biasanya, dia cium dan peluk aku setelah berhubungan intim, yang
biasanya tidak pernah dia lakukan.
Malam harinya mamaku menelpon aku untuk meminta kepada mas DD untuk
masih dirumah karena kebetulan mama dan papaku sangat sayang dan
menginginkan anak laki-laki, mamaku sangat sayang pada LF dan mas DD,
karena pada saat itu aku sedang bersama LF, maka LF segera menghubungi
kakaknya itu untuk bertahan beberapa hari lagi dirumah, tapi
kenyataannya memang tidak bisa karena dosen kampusnya sudah membelikan
tiket untuk pulang ke Jogja.
Aku tidak bisa memaksa lagi, namun aku mendengar kekecewaan yang
dirasakan mamaku saat itu. Aku dan LF tidak bisa membantu mamaku. Pada
malam itu LF tidak meminta melakukan untuk memenuhi nafsu kita lagi, dia
hanya terus memeluk tubuhku dari belakang hingga kami berdua tertidur
dan hingga pagi datang menghampiri kami. Aku bergegas mandi dan
bersiap-siap untuk ke airport, lagi-lagi LF manja sekali padaku seakan
kami tidak akan seperti ini lagi. Semenjak saat itu aku dan LF tidak
pernah berhubungan intim lagi, namun semenjak aku balik ke Jogja lagi,
sikap LF berubah kepadaku, entah ada angin apa, entah apa yang terjadi
padanya.
25 juli 2013, aku menemui LF di kostannya yang pada saat itu ada ibu
dan bapak, yang kebetulan tanggal 2 agustusnya LF akan berangkat
exchange ke Incheon, Korea selatan. Waktu itu bulan puasa, aku sudah
libur semesteran lagi dan liburan hari raya, beberapa minggu yang lalu
aku dan LF janjian agar aku pulang kerumahku pada tanggal 2 agustus jam 8
pagi juga, tujuannya agar bisa sama-sama merayakan first anyversarry
aku dan LF pada tanggal 1 agustusnya, dan pada tanggal 2 agustus flight
jam 8 pagi bisa sama-sama ketemu di airport kota Y ini.
Kita udah sepakat final, dan aku sudah memesan tiket untuk pulang,
tapi apa yang kudapat lagi hari itu, spontan aku kaget mendengar ibu
bilang kalau tanggal 2 agustus itu LF flight jam 12 siang. Aku kecewa
dan langsung menanyakan hal ini pada LF, dan LF mengiyakan. Aku sempat
protes padanya, karena dia mengingkari janjinya. Dan didepan orang
tuanya dia membentak aku dengan mata melotot seperti ingin menerkamku.
Aku syok, menangis dan langsung pulang saat itu juga dengan suasana hati
marah, sedih, kecewa dan ingin kumaki-maki dia.
Kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, hingga aku tidak melihat
ada mobil petugas yang sedang memperbaiki lampu jalanan, aku syok
melihat mobil petugas itu dan langsung menginjakkan kakiku pada pedal
rem sedalam-dalamnya, beruntungnya aku dibelakang mobilku tidak ada
kendaraan lain, hanya aku dan mobil disebelahku dengan arah yang sama,
bemper depan mobilku sudah menyentuh cornblok merah yang dipasang untuk
rambu jalan itu, bersyukurnya aku masih diberi kesempatan untuk tetap
melanjutkan nafas dan hidupku didunia nyata.
Tangisku semakin menjadi-jadi dengan kejadian itu, tanpa menghubungi
LF tentunya. Sesampainya aku di kostan, aku langsung menuju kamar dan
mengambil hardcopy tiket pesawatku dan kukendarai kembali mobilku ke
arah airport untuk reschedule kepulanganku, aku sengaja mempercepat
kepulanganku menjadi 28 Juli 2013. Rasanya aku sudah banyak mengorbankan
diri dan apa yang aku punya hanya untuknya.
Keesokan harinya, pukul 4 sore dia tiba-tiba berdiri didepan kamar
kostku untuk menjemputku bersama orang tuanya, aku masih menghargai ibu
dan bapak, setelah aku berganti pakaian, LF memelukku dari belakang,
menangis dan meminta maaf padaku tentang kejadian kemarin, aku
memaafkannya dengan segenap cintaku padanya. 27 juli 2013, LF kembali
mengajakku untuk menginap di homestay yang tak jauh dari kostnya, tak
kalah bagus seperti hotel kamarnya, kembali dia meminta maaf dan
menangis padaku karena aku mempercepat kepulanganku.
Kami memang 1 kamar, 1 ranjang, tapi kami tidak melakukan hubungan
intim seperti dulu lagi, dia hanya mencium kening, pipi, bibir dan
kembali memelukku erat. Ada rasa penyesalan yang terasa dibatinku dengan
mempercepat kepulanganku dengan tidak mengantarkan dan melihat dia juga
berangkat ke Incheon. Tapi apa daya, aku hanya bisa berdoa dia
diberikan keselamatan selama perjalanan dan studinya.
Mulai Berubah
Tibalah pada tanggal 2 agustus 2013, hari dimana orang yang kucinta
berangkat meninggalkan tanah air untuk studi di negara orang selama 3
minggu lamanya. Menyesal tentu pasti karena tidak ada disaat
keberangkatannya. Perbedaaan waktu antara Incheon dan Indonesia hanya 2
jam. Selama di Incheon, LF semakin sulit aku hubungi, aku telpon via
skype pun tidak dijawab, aku mengirimkan pesan di facebook juga tidak
dibalas, aku kirim chat ke BBM juga hanya sekali sehari dibalas.
Sampai pada aku mengirimkan chat yang berisikan, “jangan telat makan
ya nang, aku kangen sama kamu, kamu kenapa sulit sekali aku hubungi,
bahkan aku telpon via skype tidak pernah diangkat”, mungkin saat itu dia
sedang kesulitan atau sedang sibuk, sehingga balasan chatnya hanya
“kamu gak tau aku disini kenapa, aku sekarang lagi tersesat dan kamu gak
bisa bantu kan?”, membaca balasan pesan singkat di BBM itu hatiku
sangat hancur. Sebegitu terganggunya dia sampai memarahiku seperti itu?
25 agustus 2013, LF pulang ke Indonesia, aku bahagia sekali, sampai
aku balik lagi ke Jogja hanya untuk menjemputnya di airport, tapi apa
yang kudapat? LF tidak turun di Jogja, melainkan turun di Semarang dan
langsung pulang kerumahnya tanpa memberiku kabar terlebih dahulu, aku
kecewa. Empat hari aku menunggu dia di Jogja, akhirnya dia pulang ke
Jogja dan menemuiku, tapi apa yang terjadi padanya, dia seperti bukan LF
yang kukenal, bahkan saat ketemu dan sekian jam bersama dia tidak
menyapaku sama sekali. Aku masih bisa terima mungkin masih jetlag. Aku
kecewa lagi, hingga lusanya aku memilih untuk kembali ke rumahku di
Sumatera.
Berbulan-bulan berlalu hingga sampailah pada titik jenuh kami berdua,
sabtu 9 November 2013, LF mengajak aku kesebuah tempat makan seperti
cafe yang bernuansa gubuk dan kolam, perasaanku sangat tidak karuan,
karena LF tidak pernah seperti ini padaku, pukul 9 malaman, LF berbicara
serius padaku, kalimatnya panjang sekali, aku terpaku pada pertengahan
kalimatnya yang menerangkan bahwa hubungan kami hanya sampai disini, LF
meminta putus padaku dengan alasan yang ibunya inginkan kalau LF menikah
dengan orang Jawa juga.
Aku mencoba untuk mempertahankan hubunganku dengan LF, jujur aku
tidak bisa menerima keputusan yang sepihak itu, hingga diperjalanan
pulang aku terus memperjuangkan dan memohon pada LF untuk tetap
bertahan, tapi apa yang kudapat hanyalah kalimat, “sudah cukup, aku
hanya diberi 2 pilihan oleh orang tuaku, memilih ibu bapak utuh dengan
memutuskan hubungan denganku atau memilih aku dengan konsekuensi ibu dan
bapak berpisah”, tentu sulit bagi siapa saja untuk menerima dan diberi
pilihan seperti itu, aku hanya bisa teriak dan menangis histeris didalam
mobil, bagaimana aku bisa menerima keputusan yang sulit ini, sedangkan
kehormatanku sudah aku berikan untuk LF seorang.
Aku mencintainya, aku menyayanginya, dan aku mencintainya, namun apa
yang aku terima? sebaliknya. Malam itu juga, pukul 11 malam lebih, aku
menelpon ibu LF dengan harapan ibu mengerti perasaan dan kondisiku yang
memang sudah tidak memungkinkan untuk berpisah. Rasanya aku menjelaskan
dengan sangat baik, tapi ibu tidak mengerti apa yang aku maksudkan, ibu
hanya bilang, “jodoh, rejeki, anak dan maut itu hanya Allah yang tau”,
aku mengerti maksud ibu, tapi aku mau ibu mengerti perasaanku yang
sekarang sudah “bekas” anak kebanggaannya itu dan sudah tidak mudah
bagiku untuk menerima keputusan LF yang kuceritakan diatas tadi.
Putus Cinta
Demi apapun, tidak terbesit sedikitpun di pikiranku untuk menyakiti
hati ibu yang aku sayangi, ibu yang sudah aku anggap ibu keduaku, aku
hanya minta ibu mengerti keadaanku karena aku dan ibu sama-sama
perempuan. Tapi ibu LF tetap tidak mengerti yang aku maksudkan, hingga
akhirnya aku harus berkata terus terang kepada ibu bahwa kehormatanku
sudah kuberikan pada anaknya. Tapi beliau menganggap ceritaku ini
seperti aku menginjak-injak harga dirinya. Aku harus apa lagi? semenjak
malam itu ibu tidak pernah menghubungiku sama sekali hingga februari
akhir, dan bahkan bapak mendelete contact bbmku.
Keesokan harinya 10 November 2013, jam 7 pagi LF datang ke kostku
lagi dengan alasan ibu menghubungi dia sambil memaki-maki LF, saat itu
LF sangat marah padaku, aku masih bermohon-mohon pada LF untuk
mempertahankan hubungan kami, tapi LF tetap tidak mau, hingga LF
menceritakan alasan dia memutuskan hubungan kami yang sebenarnya, dia
bilang aku tidak bisa memuaskan hasrat lelakinya dia, dan yang lebih
menyakitkan hatiku, dia bilang tidak bisa cinta padaku setelah 1,5 tahun
kami menjalin hubungan ini.
Aku marah dengan situasi dan keadaan ini, tapi aku masih sangat
mencintainya, masih sangat sulit untuk kehilangannya dan hingga 8
oktober 2014 kami masih bersama namun tidak dalam hati yang bersatu,
status pun tidak diperjelaskan oleh LF. Menggantung, apakah kami sudah
putus cinta atau masih resmi berpacaran? aku tak tahu. Aku tidak
merasakan LF yang dulu aku kenal. Tanggal 9 Oktober kemarin dia
lagi-lagi meminta hubungan kami untuk berteman saja dan melupakan segala
apa yang pernah terjadi namun dia belum menutup diri untuk kembali
bersamaku.
0 komentar:
Posting Komentar