Mengapa Payudara Wanita Selalu Menjadi Kesukaan Para Pria

Para ahli mengungkap adanya sirkuit saraf pada manusia yang berevolusi, dari awal mulanya berperan memperkuat jalinan ibu serta bayinya jadi mensupport hubungan pada pria serta wanita.

Waktu stimulasi puting payudara pada sistem penyusui, wanita dibanjiri hormon oksitosin atau “candu cinta”. Hormon ini berperan tingkatkan perhatian serta afeksi hingga wanita menyusui konsentrasi pada bayinya.

Tetapi, studi teranyar tunjukkan, stimulasi puting juga terkait dengan gairah seksual wanita. Stimulasi puting juga aktifkan ruang yang sama juga dengan stimulasi pada klitoris serta vagina.

Saat pria menyentuh puting wanita dengan pijatan, wanita juga melepas hormon oksitosin, seperti saat distimulasi oleh bayi waktu menyusui. Tetapi dalam konteks ini wanita bakal konsentrasi pada pasangannya, memperkuat hasrat untuk menyatu.

Dengan kata lain, pria dapat bikin wanita lebih bergairah dengan merangsang putingnya sepanjang foreplay serta jalinan seksual. Evolusi bikin pria seperti mempunyai kewajiban untuk mengerjakannya.

“Evolusi sudah lakukan seleksi pada organisasi otak pria hingga jadi tertarik dengan payudara wanita dengan cara seksual lantaran akhirnya aktifkan sirkuit saraf pada wanita, bikin wanita terasa lebih terikat kepadanya, ” kata para ahli seperti diambil Livescience.

Pertanyaan setelah itu, kenapa evolusi ini cuma berlangsung pada manusia serta tak berlangsung pada mamalia lain? sahabat beritawan-online lihat hal semacam itu berlangsung lantaran manusia membuat jalinan monogami, sedang 97 % dan mamalia tidak.

“Kedua, mungkin saja ada hubungan dengan postur tubuh manusia yang tegak serta dapat lakukan jalinan seksual dengan cara face to face, yang memberi semakin banyak peluang untuk merangsang puting waktu terkait seksual, ” ungkap para ahli.

Kritik teori ini nampak dari antropolog Rutgers University, Fran Mascia Lees. Ia menyampaikan, tidak seluruhnya pria tertarik pada payudara. Di budaya Afrika, umpamanya, wanita tak menutupi dada mereka, serta laki-laki juga nampaknya berlaku umum saja.

Menyikapi hal semacam itu, para ahli menyampaikan bahwa cuma lantaran payudara tak ditutupi dalam kebudayaan spesifik, bukanlah bermakna lalu kesibukan memijat serta merangsang payudara tak jadi sisi dari foreplay dalam kebudayaan itu. Hingga sekarang ini belum ada riset perihal stimulasi payudara juga sebagai foreplay dalam konteks antropologi.

para ahli mengelaborasi teori kecintaan pada payudara serta segi neurologis lain dari seksualitas manusia dalam bukunya yang berjudul The Chemistry Between Us yang ditulis oleh Brian Alexander.