Usia yang makin dewasa membawa banyak konsekuensi di baliknya. Harus
mulai bertanggung jawab pada kehidupan diri sendiri, lebih bisa
diandalkan oleh orang-orang terdekat, sampai hal yang lazim dianggap
sebagai penanda kedewasaan di Indonesia: menikah dan membangun keluarga.
Seiring usiamu yang semakin bertambah dewasa, dorongan untuk menikah
bisa datang dari mana saja. Orang terdekat kerap dengan ringan
mengatakan,
“Kamu sudah bekerja, sudah berpenghasilan, lalu tunggu apa? Menikah saja!”
Akhirnya, kamu yang awalnya belum tergerak untuk menikah pun merasa
harus segera mengambil langkah. Ribut cari calon, ribet mempersiapkan
pesta perhelatan, hingga merepotkan kawan dan kerabat seperjuangan.
Padahal pernikahan bukan lomba lari yang kemenangannya dihitung
berdasarkan waktu tercepat sampai di garis finish.
Sebab pernikahan lebih dari sekadar pesta sebagai ratu dan raja dalam semalam di artikel ini Hipwee ingin sedikit mengajakmu berpikir. Dengan keyakinan menikah yang sudah menggebu macam itu, cukup siapkah dirimu?
1. Megahnya pesta resepsi hanya bertahan semalam saja. Pertanyaan
setelahnya: cukupkah uang simpananmu untuk membayar semua tagihan rumah
tangga?
“Belum punya penghasilan tetap, karena menikah bukan hanya soal cinta sama perasaan aja, tetapi harus didukung dengan kesiapan materi supaya bisa diterima baik sama camer dan bisa mempercayakan anaknya kepadaku :)”
Husein, 22, Bandung
Kamu memang tak perlu khawatir berlebihan soal uang. Kamu tak perlu
terlalu cemas dengan bagaimana nanti soal uang belanja bulanan, uang
persalinan, uang susu, uang cicilan rumah atau mobil. Kata orang, rejeki
akan selalu datang, bahkan berlipat ganda setelah menikah nanti. Tapi,
bukan berarti kamu jadi asal nekat saja.
Jika kamu saat ini saja belum punya penghasilan yang mumpuni,
pekerjaan masih belum tetap, penghasilan yang tak menentu, apakah kamu
yakin sanggup mengarungi biduk rumah tangga tanpa adanya uang yang
cukup? Jangankan untuk menikah, orangtua pacarmu pun akan ragu memberimu
restu untuk menikah.
Jangan memaksakan diri untuk menikah jika kamu memang belum cukup
yakin dengan kesiapan materimu. Kamu perlu menyiapkan dan memikirkannya
baik-baik. Jangan salah, banyak permasalah rumah tangga yang muncul
karena disebabkan soal ekonomi. Jadi, kalau memang belum siap, jangan
coba-coba untuk nekat menikah.
2. Konon pernikahan bisa membuka seluruh tabir manusia. Kamu harus
siap menerima suami dan istrimu dalam setiap kurang pun lebihnya
“Masih gak bisa bayangin tinggal bersama orang lain, masih belum matang secara finansial dan mental, takut kalo punya bayi.”
Santi, 21, Malang
Sudah menjalin hubungan bertahun-tahun, dan terbiasa menjalani
hari-hari bersamanya bukan berarti kamu pasti sudah siap untuk hidup
bersama pasanganmu seumur hidup. Kalaupun kamu dan dia sudah merasa
saling cocok satu sama lain, jangan cepat ambil kesimpulan bahwa kamu
sudah siap lahir batin untuk tinggal satu atap dengannya.
Kamu perlu menyiapkan mentalmu untuk hal seperti ini. Siapkah kamu
menemukan gadis yang selama ini tampil sempurna dengan alis yang selalu
paripurna mendengkur di sisimu? Cukup sabarkah kamu menerima kebiasaan
suamimu yang ternyata suka membawa makanan ke atas tempat tidur dan
membuat sprei yang baru kamu ganti kembali terkotori?
Saat berumah tangga nanti, hal-hal kecil macam ini bisa meletup jadi
masalah. Jika kamu tak benar-benar mempersiapkan mental dewasamu untuk
menghadapinya, rumah tanggamu bisa berantakan hanya karena kamu tak bisa
menerima masalah-masalah kecil. Siapkan dulu mentalmu, apakah kamu
sudah cukup yakin hidup bersama dia sebagai suami istri nanti. Sebelum
saling memperbaiki diri dan menyiapkan mental, jangan terburu-buru
mengikat janji.
3. Pernikahan bukan cuma soal dua kepala. Berani menikah berarti sudah cukup dewasa untuk berlaku adil bagi kedua belah keluarga
“Masih ingin bisa membahagiakan ayah-ibu tercinta . Bukan berarti setelah menikah sudah gak bisa bahagiain mereka lagi lho yaa.. tapi tentu saja gak bisa semaksimal kalo masih single gini. Kalau udah nikah kan prioritasnya jadi ke suami dan keluarga.”
Cuwit, 20, Mojokerto
Menikah tidak sesederhana ekuasi 1+1= 2 . Selepas menikah akan ada
beban yang lebih berat tersandang di atas pundakmu. Tak hanya punya
kewajiban sebagai suami atau istri, kamu pun punya kewajiban baru
sebagai anak dan menantu. Pertanyannya, sudahkah kamu siap membagi ruang
dalam kepalamu untuk tanggung jawab sebanyak itu?
Kamu tak akan lagi bisa seenaknya pulang malam karena ingin nongkrong
dengan teman, sebab di petang yang sama ibu mertuamu butuh bantuan
mempersiapkan arisan. Saat rasa ingin menyendiri datang kamu pun tak
lagi bisa dengan ringan ambil kunci mobil untuk random jalan-jalan — ada kebutuhan pasangan yang harus kamu siapkan.
Jika sampai hari ini prioritasmu masih berpusat pada diri sendiri,
keinginan menikahmu perlu dipikirkan lagi baik-baik. Cinta saja tak
pernah cukup untuk membuat sebuah pernikahan berjalan langgen. iperlukan
kerendahan hati yang amat sangat untuk mampu tak lagi hanya
mementingkan diri sendiri.
4. Menikah memang tidak membatasi langkahmu mewujudkan mimpi-mimpi. Hanya saja kamu harus siap bekerja lebih keras lagi
“Masih ingin bebas, mengejar mimpi, cita-cita, yang mungkin bakal sulit untuk kesampaian kalo sudah menikah.”
Shasa, 20, Yogyakarta
Menikah memang bukan harga mati bagimu yang masih ingin
memperjuangkan mimpi. Buktinya banyak orang yang masih bisa mewujudkan
impian besarnya walau sudah berumah tangga. Kehadiran pasangan justru
bisa jadi tambahan semangat dan pengingat handal saat rasa malas
melanda.
Tapi seperti seorang nahkoda kapal yang harus mempertimbangkan banyak
hal dalam setiap pelayaran, kini otakmu tidak bisa lagi berjalan hanya
dalam satu koridor saja, Banyak hal yang harus kamu pertimbangkan dalam
berbagai keputusan. Keinginan suami dan istrimu juga harus masuk dalam
ekuasi sebelum sebuah keputusan keluar.
5. Menikah memang tak akan mengekangmu, tapi sudah siapkah dirimu untuk merasa tak lagi bisa sebebas dulu?
“Disamping mental dan tingkah masih kaya bocah, aku juga belom siap untuk hidup terkekang. Aku masih mau travelling, senang – senang.”
Diana, 20, Yogyakarta
Menikah memang bukan bertujuan untuk mengekang kebebasanmu. Tapi saat
sudah menikah nanti, sudah pasti kebebasan dirimu sendiri sudah akan
semakin berkurang. Sebelum kamu membulatkan tekad untuk menikah, gak ada
salahnya kamu memuaskan segala keinginanmu terlebih dahulu.
Berpuas-puaslah dengan dirimu sendiri sebelum kamu harus mengikat
dirimu dengan pasanganmu nanti. Jangan sampai saat kamu sudah menikah
nanti merasa iri hati pada teman-temanmu yang masih bisa bebas berkelana
dan bersenang-senang dengan dirinya sendiri.
Tanyakan pada dirimu sendiri, sudah siapkah dirimu untuk menahan
keinginanmu pribadimu demi keluarga kecilmu nanti? Jika kamu masih
terlalu berat untuk menjawab iya, kamu tak perlu memaksakan diri untuk
menikah.
6. Keyakinan dan kemantapan juga harus kamu persiapkan. Apakah kamu
yakin dialah orang yang tepat mendampingimu melewati semua episode
kehidupan?
“Biasanya sih karena belum yakin sama pasangan, takut seperti yang orang-orang bilang, setelah menikah sikap pasangan bisa berubah.”
Dewi, 24, Surabaya
Sudah cukup mantapkah kamu dengan pilihanmu saat ini? Apakah kamu
sudah yakin bahwa pasanganmu saat ini adalah orang yang terbaik untuk
kamu jadikan pasangan hidupmu kelak? Pacaran lama bukan jaminan kalau
dia pasti akan jadi pasangan hidup yang layak untukmu. Nggak salah kok
jika kamu masih menyisakan keraguan padanya, dengan begitu kamu bisa
lebih banyak mencari tahu dan memahami pasanganmu itu.
Untuk memahami bagaimana pasanganmu, kamu memang tak harus
berlama-lama berpacaran, bahkan tanpa proses pacaran pun kamu bisa saja
langsung menikah dengannya, asalkan kamu benar-benar mantap dan
yakin bahwa dia adalah orang yang layak untukmu. Pastikan dia adalah
orang yang baik, bertanggung jawab dan bisa bekerjasama mengarungi
bahtera rumah tangga bersamamu nanti.
Jangan terburu-buru menikah hanya karena kamu memang sudah punya
pacar. Jangan juga terburu-buru yakin menikah dengan orang yang
melamarmu hanya karena kamu merasa mumpung ada yang mau melamarmu. Tapi
yakinlah untuk menikah saat kamu sudah menemukan orang yang tepat untuk
menjadi suami atau istrimu.
7. Pernikahan tak ubahnya teater yang membuatmu harus lihai bermain peran. Kamu harus siap menghadapi segala kemungkinan
“Menjadi istri dan punya anak. Alasannya masih belum bisa membayangkan betapa repotnya harus menyiapkan segala hal untuk orang seisi rumah (suami dan anak). Harus ngurus anak-anak, terutama saat masih kecil. ribeeeet.”
Tiwi, 26, Solo
Menikah berarti juga harus siap untuk menyandang peran baru, sebagai
suami, ayah, istri, ibu dan bahkan menantu. Siapkah dirimu dengan peran
baru yang akan kamu lakoni nanti setelah naik pelaminan? Peran barumu
nanti tak main-main, tanggung jawab, konsekuensi, dan komitmen harus
siap kamu hadapi.
Kamu suka dengan anak kecil bukan berarti kamu siap jadi ayah atau
ibu. Tujuan menikah bukan hanya karena ingin segera menimang momongan
saja, tapi kamu juga harus siap mental menjadi orangtua yang mampu
menjaga, merawat, serta mendidik anakmu dengan setulus hatimu.
8. Ikatan pernikahan tidak sepaket dengan kata putus saat dilanda
masalah dan kebosanan. Sudahkah kamu siap jika harus sekuat tenaga
mempertahankan hubungan?
“Karena menikah tidak seperti pacaran yang sebentar bisa berantem, diem-dieman, kalau udah eneg bilang putus, terus bisa cari yang lain. Ada ketakutan tidak bisa mengontrol emosi.”
Loly, 21, Pekanbaru
Seperti apa yang dikatakan oleh pembaca di atas. Menikah sudah tentu
sangat jauh berbeda dengan saat masih pacaran. Saat pacaran kamu masih
punya kebebasan untuk mundur, tapi itu tidak bisa saat kamu menikah
nanti.
Ketika kamu menikah, mau tak mau kamu harus jadi orang yang dewasa
dalam bertindak. Kamu harus punya kesabaran dan kemampuan untuk
mengontrol emosimu. Kamu tak lagi bisa tiba-tiba minta bercerai hanya
karena masalah kecil sedang menimpa rumah tanggamu. Kamu tak bisa
seenaknya saja mengumbar permasalahan rumah tanggamu ke media sosial
saat emosimu sedang memuncak.
Jika kamu memang belum bisa bersikap dewasa, perbaikilah dulu sikapmu
sebelum akhirnya kamu menikah. Belajarlah semampumu untuk bisa menahan
dan mengontrol emosimu, karena kedewasaanmulah yang bisa menguatkanmu
untuk menjalani mahligai pernikahan.
9. Sebelum memutuskan melangkah ke pelaminan pastikan dulu kamu
sudah benar-benar selesai dengan diri sendiri. Siapkan dirimu dengan
cara memantaskan diri
“Belum bisa ngurus diri sendiri. Kalo lagi sibuk sama kuliah dan tugas, makan aja suka lupa. Cari makan kalo udah laper banget. Nyuci baju apalagi, bisa 2 minggu sekali. Hahahah. Gimana mau ngurus suami kalo diri sendiri aja masih berantakan.”
Widas, 23, Depok
Sebagai seorang pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu memang
punya banyak tuntutan untuk bisa saling melengkapi saat berumah tangga
nanti. Kamu tak lagi hanya peduli pada dirimu sendiri, tapi kamu juga
harus peduli dengan pasangan dan rumah tanggamu.
Mungkin finansialmu sudah siap, mentalmu pun juga sudah yakin untuk
menjalani pernikahan. Tapi apakah kamu sudah cukup pantas untuk menjadi
suami atau istri orang? Siapkah dirimu untuk menjadi ibu rumah tangga
yang harus dituntut bangun pagi menyiapkan segala kebutuhan suamimu?
Siapkah dirimu untuk jadi suami yang mau membantu istrimu saat sedang
kerepotan mengurus rumah tangga?
Sebelum kamu merasa cukup pantas untuk jadi seorang suami atau istri,
pastikan kamu sudah cukup mampu untuk menata dan memantaskan dirimu.
kamu tak perlu terburu-buru mengikat janji pernikahan jika kamu memang
belum siap.
10. Menikah akan menyadarkanmu bahwa hidup kini tak lagi hanya
tentang diri sendiri. Cukup besarkah hatimu untuk terus memberi dan
berbagi?
“Gue belum rela ninggalin pekerjaan. Gue lagi semangat dan seneng banget sama karir yang gue jalani sekarang. Tapi pekerjaan ini gak mungkin bisa gue lakuin saat udah berkeluarga nanti. Udah jelas gak bakal diijinin suami kalau gue kerjanya sampe malem-malem terus begini.”
Tyas, 24, Jakarta
Ada hal-hal yang harus rela kamu tanggalkan saat kamu memutuskan
untuk menikah nanti. Salah satunya seperti kasus yang dialami oleh
pembaca di atas. Ketika kamu benar-benar sedang mencintai pekerjaanmu,
terlebih jika itu adalah karir impianmu, kamu tak akan bisa mudah
melepaskannya begitu saja. Butuh kesiapan yang tak main-main untuk rela
menanggalkan semua yang sudah kamu raih selama ini.
Jika kamu masih merasa ingin melakukan banyak pencapaian dalam
karirmu, kamu tak perlu khawatir dan terburu-buru untuk memutuskan
menikah. Gelutilah dulu apa yang sudah menjadi impianmu. Tuntaskan dulu
segala hasrat dan rasa ingin tahumu.
Tidak ada yang salah dengan menjadi seseorang yang memilih fokus pada
sisi lain kehidupan selain perasaan. Kamu berhak untuk menikmati
beragam sisi menyenangkan yang kehidupan ini tawarkan.
Tak ada yang salah dengan menunda atau menyegerakan sebuah
pernikahan. Pada akhirnya pernikahan bukan tentang seberapa cepat kamu
menemukan pasangan, melainkan seberapa tangguh kah kalian menghadapi
segala cobaan yang mungkin muncul di masa depan.
Jadi gimana, sudah seberapa jauhkah dirimu mengambil ancang-ancang? Benar-benar sudah siapkah kamu menghadi gerbang pernikahan?
0 komentar:
Posting Komentar