Ketika usia semakin beranjak dewasa, tidak sedikit dari kita yang
memutuskan untuk merantau. Entah untuk melanjutkan studi atau mencari
peruntungan di kota lain. Tidak sedikit pula orangtua yang merasa
keberatan untuk melepas anaknya pergi ke perantauan.
Ya, karena berapa pun umur kita, bagi
orangtua — terutama ibu, kita masih tetap sama seperti anak mungilnya
yang dulu, yang selalu bergelayut manja dan butuh banyak perhatian. Mereka akan selalu ada rasa khawatir selama mereka tak berdekatan dengan anak-anak mereka.
Tapi pada akhirnya, seringkali jiwa pemberontak kita yang memaksakan
diri untuk merantau selalu lebih sering menang dari rasa keberatan yang
diajukan oleh orang tua. Meskipun berat, orangtua berusaha untuk
merelakan kepergian anak-anaknya untuk merantau, demi masa depan yang
lebih baik.
Namun sayangnya, terkadang kita suka lupa diri. Kita terlalu
merayakan lebebasan hidup yang jauh dari pantauan orang tua.
Sampai-sampai kita pun lupa bahwa ada dua orang tua di rumah yang tiada
henti-hentinya mengkhawatirkan tentang keadaan kita. Kita sering
menyepelekan hal-hal yang sering kita anggap remeh temeh, padahal
orangtua kita sangat mengharapkannya darimu. Selama kita merantau,
maukah kita untuk meluangkan sedikit waktu untuk orangtua kita yang
selalu menanti kabarmu di rumah?
Meskipun tidak setiap hari, selalu sempatkanlah untuk memberi kabar kepada orangtuamu. Jangan melulu pacar atau gebetan saja yang diperhatikan.
Dengan alasan kesibukan, banyak dari kita di perantauan tidak sempat,
bahkan tidak pernah menelepon orangtua. Alasan klise yang padahal bisa
dibilang basi. Padahal selama ini orangtua tidak pernah menuntut apapun
dari kita. Sedari kecil, mereka selalu mengusahakan segala hal yang
terbaik untuk anaknya tanpa pamrih. Tapi kenapa kita sering terasa berat
untuk sekedar menelepon atau sms memberi kabar kepada orang tua?
Mereka adalah orang yang akan selalu cemas mengingat anaknya jauh dan tinggal sendiri di kota yang asing.
“Apa makanmu enak, nak? Apa tidurmu nyenyak? Apa kamu sehat-sehat saja? Apa kamu betah disana?”
Kecemasan semacam ini pasti dirasakan oleh semua orangtua yang
ditinggal anaknya merantau. Oleh karena itulah, selalu sempatkanlah
untuk memberi kabar kepada mereka. Jangan melulu mengurus pacar atau
gebetan saja. Walau hanya sekedar bercerita ringan tentang warteg murah
yang kamu temui hari ini, itu pun cukup untuk melegakan hati orang tua
yang selalu dirundung cemas memikirkanmu.
Jangan lagi berkilah soal kesibukan hingga lupa memberi kabar.
Sesungguhnya ini bukan perkara sibuk atau tidaknya dirimu, melainkan ini
soal prioritas. Jika memang benar kamu memang benar-benar
memprioritaskan orangtua, sesibuk dan sepadat apapun jadwalmu, kamu tak
akan pernah sedikitpun lupa untuk menyapa mereka.
Sempatkan untuk pulang mengunjungi bapak dan ibu. Meski tawaran liburan bersama teman terdengar lebih seru, kapan lagi kita bisa menebus waktu yang hilang bersama mereka?
Bagi mereka yang merantau untuk menempuh pendidikan, mungkin jadwal
liburan lebih mudah didapat daripada mereka yang merantau untuk bekerja.
Namun walaupun begitu, tetaplah agendakan jadwal rutin untuk pulang
menengok bapak dan ibumu. Sekalipun itu hanya setahun sekali saat
Lebaran atau Natal, pastikan untuk tidak melewatkan waktu mengunjungi
orang tua.
Meski terkadang rencana liburan bersama teman-teman untuk hiking, snorkeling,
atau apapun itu terdengar lebih seru dan pasti menyenangkan, tapi
apakah kamu tak ingin menebus waktu-waktu yang hilang bersama kedua
orangtuamu? Apakah kamu tak ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka yang
selama ini mendoakanmu selama di perantauan? Ya, sudah semestinya
kita tahu bahwa perasaan rindu itu menyiksa, apalagi rindu orangtua
kepada anaknya, bukan begitu?
Karena orangtua kita tak selamanya hidup, sayangi dan hargai mereka. Selama kita masih punya waktu untuk itu, cobalah untuk membahagiakan mereka.
Tidak semua anak merasakan anugerah ini, kamu yang masih mempunyai
orang tua lengkap, bersyukurlah, bahagiakan mereka selagi masih punya
waktu. Orang tua tidak mengharap imbalan apapun atas usaha mereka selama
ini dalam membesarkanmu, tapi setidaknya sebagai anak yang berbakti,
sudah sepatutnya kita membalas jasa dan membahagiakan mereka.
Kita tidak akan melangkah sejauh ini tanpa usaha dan doa yang tidak
pernah putus terpanjat untuk anak kesayangan mereka. Orangtua tidak akan
pernah menuntut imbalan apapun darimu, namun satu hal yang selalu
mereka harapkan darimu, yaitu agar kamu tidak lupa dan mau meluangkan
waktu bersama mereka.
Jaga kepercayaan yang telah diamanahkan orangtua kepadamu. Berusahalah untuk menjaga diri sebaik mungkin meski tinggal jauh dari mereka.
Jauh dari orang tua memang memberikan hal yang selama ini kalian
idam-idamkan — kebebasan. Karena selama masih tinggal bersama dalam satu
rumah pasti banyak aturan yang wajib kalian turuti. Mulai dari hal
sepele seperti ritual mandi sore sebelum maghrib, bahkan sampai aturan
main keluar rumah ada aturan yang ditetapkan oleh mereka.
Merantau dan tinggal sendiri di kota orang membuat tak sedikit pemuda yang hanyut dalam euforia kebebasan yang berlebihan. Karena faktor salah pilih teman biasanya, bisa menjerumuskan pada hal-hal yang negatif.
Kalian pasti pernah mendengar berita tentang tetangga atau bahkan
sanak saudara sendiri yang dulunya polos dan baik-baik saja, namun
setelah pulang dari perantauan berubah jadi orang yang berbeda 180°.
Berusahalah untuk menjaga diri sebaik mungkin dan jangan sedikitpun
mencederai kepercayaan yang telah orang tua berikan.
Jaga selalu petuah-petuah yang diamanahkan orangtuamu. Karena sejatinya dalam petuah itu tersimpan doa-doa terbaik untukmu selama hidup di dunia ini.
Karena tinggal sendiri di kota orang dan jauh dari rumah, akan selalu
ada nasihat-nasihat panjang yang disampaikan orang tuamu. Hal yang
lumrah, mengingat selama ini masih ada orang tua yang menyiapkan segala
bentuk keperluanmu, mulai dari menyiapkan makanan, mencuci dan
menyetrika bajumu, atau bahkan mungkin ada beberapa anak yang masih di
ikatkan tali sepatunya.
Banyak hal yang orang tua bekali untuk anaknya sebelum terjun untuk
hidup mandiri di tengah kerasnya kota perantauan,termasuk petuah . Tak
berlebihan rasanya kalau orangtua begitu mengkhawatirkan segala hal
tentangmu saat kamu di tanah rantau, karena sejatinya mereka tidak ingin
anaknya salah langkah.
Jangan remehkan kekahawatiran mereka.
Sisakan ruang untuk menerima segala masukan dan nasihat. Dengarkan,
patuhi, dan jalankan karena dalam nasihat yang mereka sampaikan terdapat
banyak kebaikan yang tersimpan untukmu.
Saat terpuruk dan rasanya ingin menyerah, selalu ingat ucapan mereka: “Ibu dan Bapak selalu mendoakanmu yang terbaik untukmu, Nak!”
Ada kalanya masa-masa di perantauan menjadi sangat berat dan
melelahkan untuk dilalui, saat merasakan letihnya menggarap skripsi,
atau mungkin pekerjaan lembur sampai malam yang menyita waktu
isitirahatmu. Tapi tenanglah, ada doa dari orang tua yang selalu bisa
membuatmu semangat.
Jadilah kuat untuk mereka, karena kamu adalah wujud dari doa yang
selalu mereka panjatkan. Berusahalah lebih keras, berjuang lebih dari
sebelumnya, semata-mata demi membuat mereka bangga dengan kesuksesanmu
kelak.
Mungkin memang tidak mudah untuk hidup perantauan. Segala hal tentang
rumah seperti sarapan pagi buatan ibu, walau hanya nasi goreng telor
mata sapi dan segelas susu, sudah pasti membuat rindu akan hangatnya
suasana rumah. Namun, berusahalah dengan kuat!
“Ibu.. Bapak.. sehat-sehat ya? Doakan anakmu yang sedang berjuang di tengah gempuran tantangan yang tidak mudah.”
– Anakmu di perantauan -
0 komentar:
Posting Komentar